Selasa, 20 Oktober 2015

Kembali ke Pulau Dewata



Minta maaf. Postingnya sudah agak basi tapi saya baru sempat update sekarang. Tidak apalah, tetap harus ditulis ya, supaya saya tidak lupa dengan memori indah ini.

Libur sekolah bulan Juni lalu kita berkunjung ke Bali lagi, tinggal di tempat yang sama lagi. Kami kangen dengan kedamaian dan keasrian tempat ini. Klik link ini untuk membaca artikel saya tentang Svargaloka.

Asyik mencoba instrumen musik khas Bali
yang tersedia di resort.

Svargaloka masih cantik dan hijau. Kami tinggal di kamar yang sama, Junior Suite. Ada beberapa tambahan dan perubahan yang terasa di resort ini, khususnya kamar kami. Sekarang terdapat sambungan wifi di kamar. Juga ada telepon yang menghubungkan kamar dengan reception desk dan spa dan restoran sanjiwani. Nah, ini bagus dan praktis. Sayangnya, sawah di seberang teras sudah tidak ada lagi ;( Entah apakah karena baru panen, atau lahannya akan dijadikan fungsi lain. 

Kamar mandi semi outdoor di Junior Suite sekarang dipasangi pintu kayu masif! Aduh...! Memang aslinya kamar mandi ini terbuka, jadi sambil berendam di bathtub kita bisa menikmati suasana hijau di sekitar kita. Tapi buat yang merasa risi mandi seperti ini, tirai bambu yang memang sudah disediakan, bisa diturunkan. Pintu kayu masif yang ada sekarang rasanya tidak perlu. Tidak cantik pula pembuatannya! 

Gelas-gelas kecil untuk mencicipi berbagai kopi dan teh
yang dijual di perkebunan.


Pergi ke mana saja kita di Bali? 
Kali ini kita menyempatkan pergi ke Kintamani, menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya udara pegunungan. Mampir di tempat penjualan kopi, duduk-duduk sambil mencicipi bermacam kopi. 

Tempat makan siang yang kami kunjungi menyediakan makanan buffet. Beraneka lauk pauk, walau rasanya biasa-biasa saja. Restoran ini penuh karena pengunjung disuguhi pemandangan cantik ke arah gunung Batur.

Gunung Batur dilihat dari tempat makan siang kami. 




Dan...kami juga pergi ke Monkey Forest! Sebenarnya awalnya saya agak segan pergi ke sana. Salah saya juga, saya mendengar dan membaca cerita bahwa monyet-monyet di Monkey Forest usil dan nakal jadi saya malas pergi ke sana. Apalagi kami ke sana membawa anak kecil, saya takut anak saya akan diganggu oleh monyet-monyet ini. Tapi akhirnya saya tepis pikiran itu, karena rugi sekali rasanya jika tidak mengunjungi hutan ini. 

Sampai di Monkey Forest, saya lega sekali karena saya menuruti kata hati. Monkey Forest memang hutan yang cantik. Kalau Anda suka fotografi, nah...banyak spot berfoto yang bagus di sana. Pakailah baju katun yang menyerap keringat karena di hutan kelembabannya tinggi. Saya basah kuyup karena keringat sendiri!  

"Aaaaah...geli sekali!" jerit anak saya.

Ternyata benar, monyet-monyet di sana 'usil' tapi lucu sekali! Hahaha. Pengunjung bisa memberi makan pisang kepada monyet ini, dengan berharap dapat berfoto bersama salah satu dari mereka. Anak saya pun mencoba...tapi yang ada dia terkikik geli ditunggangi si monyet! Dan penontonpun tertawa terbahak-bahak! Haha.

Para penghuni tetap hutan Monkey Forest.

Pertunjukan sendratari Ramayana.

Tidak lupa kami juga menonton sendratari Ramayana di Batu Bulan. Ya, tempat lain yang bagus untuk menonton sendratari ini adalah di Uluwatu, saat matahari terbenam. Tapi waktu itu, posisi kami lebih dekat ke Batu Bulan, jadilah kami menonton di sana.

Malam itu, pertunjukan full house. Ada sekitar 100 orang lebih penonton datang ke sanggar ini. Tariannya bagus, walau menurut saya penari kecaknya kurang banyak. Efek 'cak cak kecak' nya kurang terasa. Hehehe...


Kalau pergi ke Bali harus juga pergi ke Rice Terrace di Tegallalang. Pagi itu hujan gerimis, kurang cocok untuk berfoto tapi apalah daya, kita sudah sampai di sana. Akhirnya kami naik-turun persawahan juga, menikmati cantiknya sawah subak-style di Bali, sambil berfoto sana-sini. Ini salah satu hasil jepretan suami, lumayan kan?  

Briefing sebelum menaklukkan sungai Ayung :P

Dan....kami mencoba arung jeram! Ini kali kedua untuk anak dan suami. Yang pertama untuk saya. Lagi-lagi kami mengambil paket arung jeram di sungai Ayung dari Sobek. Ngeri gak sih ikut arung jeram? Ternyata pengalaman arung jeram ini adiktif, bikin kepingin mencoba berkali-kali lho! Seru dan tidak menyeramkan sama sekali! Haha...sekarang saya mengerti mengapa anak dan suami saya memaksa saya ikut tour kali ini! 




Santai dulu ah...di hammock yang tersedia
di rumah makan di pinggir laut.

Satu hari kami habiskan di pulau Lembongan. Pulau kecil di sebelah tenggara pulau Bali. Buat yang berhobi diving dan snorkeling, pulau Lembongan mengasyikkan sekali. Saya sendiri senang tur ke hutan payaunya :)


Bapak dan anak mencoba snorkeling di laut lepas.

Naik sampan ke hutan payau. Bagus sekali!


Dua hari terakhir di Bali, kami pindah ke Nusa Dua Hotel. Pindah suasana. Dari Ubud di gunung ke Nusa Dua di pantai. Hotelnya sudah agak tua, tapi besar sekali dan fasilitas hiburan lengkap. Anak saya senang sekali karena kolam renangnya besar dan menarik. Tempat makan di komplek hotel juga banyak, hanya harganya selangit. Satu malam kita mencoba makan malam di salah satu restoran di sana. Satu orang seharga Rp 350 ribu untuk buffetnya. Aduuuh...dan saya tidak biasa makan banyak! Rugi deh rasanya. 


Dan...karena hampir seminggu liburan berjalan lancar, kami para orang tua lengah menjaga suasana 'aman' itu. Hari terakhir di Bali, kami habiskan di A&E rumah sakit BIMC di Nusa Dua. Sebabnya? Reaksi alergi. Saya curiga anak saya makan muffin yang mengandung telur, atau bersentuhan dengan telur! Well...pagi hari sewaktu sarapan di hotel, kami disodori sepiring muffin dan roti yang menurut staf restoran, gluten free dan egg free. Saya bertanya berkali-kali, untuk memastikan bahwa makanan ini benar2 aman untuk anak saya yang menderita alergi terhadap telur dan kacang2an dan pak staf dengan yakinnya menjawab ya, roti dan muffin ini memang gluten free, dan egg free. 

Errr......tapi sepertinya tidak ya. Karena sejam sesudah memakan muffin, anak saya mulai gatal-gatal, pertama di tangan lalu di mata. Lalu dia mulai batuk-batuk dan sesak napas pula. Oh no...reaksi alerginya sampai ke pernapasan. Saya takut hal ini berlanjut ke shock, jadilah kami buru-buru membawa dia ke rumah sakit! Sigh.... kita di rumah sakit setengah hari. Anak saya tertidur setelah mendapat suntikan antihistamin dll. Sesal tak guna. Lain kali, kalau saya tidak lihat atau baca sendiri bahan makanannya, saya tidak akan beri anak saya makanan baru begitu saja. Ngeri kalau kejadian ini terulang lagi

Begitulah, akhirnya setelah tiga-empat jam tinggal di hotel 'BIMC' kami dibolehkan pulang. Sisa hari hanya dipakai untuk makan sore (siang terlewat dan malam dimajukan saja), belanja oleh-oleh sedikit, kembali ke hotel, dan tidur awal. I was mentally exhausted with the whole ordeal anyway. 

Keesokan harinya, kami kembali ke Singapura. Kembali ke rumah tercinta. Saya kangen bau bantal saya hehehe. 

Tidak ada komentar:

Popular Posts