Senin, 14 Januari 2013

Misteri Nasi Menjadi Bubur

Judul postingan ini tidak ada hubungannya dengan pepatah "Nasi sudah menjadi bubur" ya :) Saya memang mau ngomongi pengalaman saya berkali-kali membuat nasi yang keterusan menjadi bubur : P

Bukannya saya tidak pernah masak lho. Malah sebaliknya, mungkin saya ini rajin banget masak, terutama karena penghuni rumah semua punya diet yang berbeda. Yang satu punya banyak alergi (ayo Aqila....angkat tangan! hehe), yang satu banyak pantangan dan picky, walhasil yang masak (saya) sering bingung, baiknya masak apa yang praktis dan tidak perlu berkali-kali masak menu berbeda dalam sehari itu hehehe.

Nah...sudah sering dibingungkan dengan diet para penghuni rumah, baru-baru ini saya dilanda kebingungan lain. Kenapa setiap masak nasi akhirnya saya selalu mendapat bubur, atau nasi yang mendekati tekstur bubur. Eeh...bukannya saya tidak suka bubur, tapi kalau makan bubur kan enaknya dengan lauk pauk yang pas toh? Kalau makan bubur lauknya semur atau ikan asin, apa nyambung? Ouch....

Bingung juga saya, rasanya takaran beras dan air tetap sama, merek beras pun sama, lha kok hasilnya berbeda ya? Misterius sekali. Berhari-hari saya coba-coba berbagai takaran, sambil mencoba mencari pemecahan misteri beras-bubur ini. Takaran air dikurangi...lho nasinya kok agak lengket gitu ya, seperti ketan, gak suka saya. Akhirnya, setelah beras kami habis setengah kantong, barulah saya menemukan 'surat wasiat' ini di dalam kantong beras itu!


Ooooalaaah...ternyata ini rahasianya!
Jadi... apa bedanya beras baru dipanen dan yang sudah lama?
Ternyata...beras yang baru dipanen itu masih lunak kulit luarnya, jadi jika kita masak menjadi nasi, takaran air harus dikurangi hingga hampir 1 : 1 (1 gelas beras : 1 gelas air)
Karena karakteristik di atas, beras yang baru dipanen itu paling cocok dibuat menjadi bubur.

Mengerti saya sekarang.

Pantaaaas....selama ini nasi saya seperti bubur! Ternyata takarannya salah, saya memberi terlalu banyak air! Pft.... :P Misteri terpecahkan! 

Nah, masalahnya, saya kan masih ada setengah kantong lagi beras baru panen ini. Jadi bagaimana dong ini beras musti diapakan? 
Hehehe....akhirnya, saya beli beras lagi. Merek yang sama tapi...bukan yang baru dipanen, lalu saya campur saja dengan beras misteri tadi. Horeeee....rasanya sekarang lebih 'normal' :-)

HARGA BERAS DI SINI
Ohya...baru-baru ini beberapa chain Supermarket di Singapura mengumumkan bahwa mereka akan mempertahankan harga beras (housebrand atau merek mereka sendiri) setidaknya hingga bulan Maret ini, walaupun ada isu beberapa begara penghasil beras di Asia (Thailand, Vietnam diantaranya) bersepakat untuk menaikkan harga ekspor berasnya.

Ingin tahu harga beras di Singapura? Boleh klik link ini ya. 
Harga beras berkisar antara SGD1.00 - 3.50/ kg atau sekitar Rp. 7.000-21.000 / kg.


Screen capture dari website NTUC (jan 2013)

Bagaimana dengan di Indonesia? Ngintip websitenya bulog, harga beras yang banyak beredar adalah Rp. 8.700 - 11.000 / kg. 
Jadi sebenarnya tidak beda jauh ya untuk batas bawah. 

Bagaimana soal rasa? Waduh itu sudah selera, dan tergantung daya beli tiap orangnya. Beras yang saya makan, harganya biasa saja, median harga beras. Rasanya enak kok ... karena sudah biasa hehe. 

Okeh....hmm...besok masak apa ya????? (hihihi...balik ke pusing harian!) 


Tidak ada komentar:

Popular Posts