Jumat, 11 Desember 2009

HIDUP ATAU MATIKU...


Setiap kali ada handai taulan yang datang ke kota kecil ini, paling sedikit saya minta dioleh-olehi ini. Sebagai peminum teh (gak pake mabuk biar minum segentong), saya paling rindu dengan rasa teh produksi dalam negeri. Poci tong tji gol para cap botol.....sebut saja, saya tidak akan menolak dibawakan :D

Lha...memangnya orang sini tidak minum teh? Begitu kali kalian bertanya ya? Minum dooong, tapi entah ya, rasanya, teh2 yang dijual di sini...tidak masuk dengan selera kampung saya. Susah ya? Tapi mau bagaimana lagi, sejak kecil...berpuluh tahun yang lalu (iya ...saya sudah 'agak' tua..hehe) orang tua saya sudah memperkenalkan ritual minum teh sore lengkap dengan penganan kecilnya kepada anak2nya!

Konon menurut legenda Cina, teh ditemukan oleh kaisar Shennong yang sedang melakukan perjalanan...lagi 'safari' kali ya kalau meminjam istilah pejabat kita. Ketika sedang beristirahat, pelayan istana memasak air untuk minum sang kaisar, tak sengaja ada dedaunan yang masuk ke dalam panci. Daun ini merubah warna air menjadi merah kecoklatan. Sebagai seorang kaisar yg juga seorang ilmuwan, beliau tertarik pada 'kecelakaan' ini. Dicobanya air kecoklatan itu...dan ternyata rasanya menyegarkan. Jadilah...orang Cina mulai minum teh.

Teh ada bermacam2 ya. Saya baru coba teh hijau dan teh hitam dan teh oloong saja. Teh hitam itu contohnya adalah teh dengan merek seperti di foto di atas. Teh hijau didapat dengan proses oksidasi minimal. Konon terkenal dengan kadar zat antioksidannya yg tinggi.

Teh hitam mengalami proses oksidasi paling kuat dan lama, membuat aromanya tetap bertahan walau disimpan bertahun-tahun. Ini juga yang membuat teh hitam sebuah komoditas dagang yang dicari...karena sangat bernilai ekonomi tinggi.

Teh hijau sebaliknya, cepat sekali kehilangan aroma dan rasanya (dalam waktu kurang dari 1 tahun). Ahaaa....itu sebabnya mengapa teh hijau yg saya simpan terakhir berbau apek ketika saya mau menikmatinya. Ternyata sudah terlalu lama saya simpan!

Teh oloong sedikit di bawah teh hitam lama proses oksidasinya. Rasanya rada sepet ya? Tapi itu menurut saya. Teh oloong yang banyak dikonsumsi di sini. Ya Kun Kaya Toast pun sepertinya menyuguhkan teh jenis ini kepada pelanggannya.

Siapapun penemu teh...sengaja atau tidak sengaja, saya sangat berterimakasih kepadanya karena telah memperkenalkan minuman sederhana tapi memiliki cita rasa luar biasa ini kepada masyarakat dunia...dan saya. Mau dinikmati dengan teacake ala orang Barat atau dengan singkong dan pisang goreng, teh hitam tentu....nikmat sekali!

Pokoknya...buat saya, ini adalah perkara hidup atau mati kalau tidak minum teh! Teh kampung dari tanah air! hehe...hiperbola ya?

Yuk...mari minum teh! :D

5 komentar:

Lidya mengatakan...

aku inget deh mbak, nanti kalo mampir kesana dibawain teh :) yang belum ada di gambar ya aku bawain hehehe

Milla Widia N mengatakan...

belom pernah nyobain teh awur made in buncit ya...
hihihi kapan2 kalo kesana lagi gw bawain duehhh ^^

Anonim mengatakan...

waduh... ada teh cap bendera.. Hahaha... aku jadi ingat kampung halaman. Sekarang, udah repot kalo harus pake teh bubuk gitu, kak. Pake teh celup lebih praktis. Hehehe

Anonim mengatakan...

Wow, wuapik tenan kalo Ning Risma punya hobi minum teh karena teh memang banyak khasiatnya. eda dengan kopi yang kafeinnya terlalu banyak.

Budaya minum teh masih kurang terasa di Indonesia. Kita di Indonesia lebih cenderung ke kopi. Maka, kalau ada orang Indonesia yang sangat gemar teh, koleksi macam-macam teh... salut!

Selamat menikmati teh!

dyah mengatakan...

Lidya,
Bener ya...saya tunggu yaaa? :D

Milla,
waah belom pernah coba tuh. Awur as in diawur2 bhs jawa/sunda?. Kutunggu dikau di sini yaaa :D

Risma,
Teh celup kurang nendang dong. Ada rasa kertas bungkusnya pula! hahaha. Selera kampung paling top!

Bang Bernie,
Ehm ehm,,, ini Dyah lho bukan Risma.
Hayooo....nulis kepada siapa tapi yg ada di pikiran siapa hayooo? hihi...untung saya gak cemburu LOL

Popular Posts