Buku kedua hasil karya Khaled Hosseini.
Tebal: 367 halaman
Penerbit: Riverhead Books USA
Terbit: Tahun 2007
Tidak banyak komentar saya selain....WAJIB DIBACA!
Kisahnya masih dengan setting Afghanistan masa Taliban hingga awal tahun 2000 (Sep 9/11). Berbeda dari buku karya beliau sebelumnya, The Kite Runner, tokoh dalam kisah kali ini adalah dua wanita, Mariam dan Laila.
Mariam, adalah seorang harami, anak haram dari seorang saudagar kaya dengan pelayannya. Dia tinggal berdua saja dengan ibunya di sebuah tempat terpencil, jauh dari kota. Ibunya memandang kehidupan mereka dengan pandangan getir...terutama jika melihat bentuk hubungan dia dengan sang saudagar setelah kelahiran Mariam. Sang ibu senantiasa menanamkan rasa benci kepada ayah yang mengabaikan anak haramnya, serta juga rasa tak senang hati dan rendah diri kepada Mariam.
Mariam yang nekad ingin tinggal dengan ayahnya akhirnya harus mengalah...dan menyadari bahwa biar bagaimanapun...dia memang seorang harami, yang merupakan aib besar dalam kultur budaya di Afghanistan.
Laila dibesarkan dalam keluarga yang terbilang berpikiran modern. Ayahnya seorang guru yang pandai, tapi karena regim Taliban kehilangan pekerjaan yang dicintainya dan menjadi orang yang murung dan kehilangan kepercayaan diri. Ibunya...selalu berkabung sejak dua kakak laki2 Laila semua gugur dalam perang sbg mujahidin. Laila secara terpaksa mengambil alih tugas ibunya menjalankan rumah tangga. Satu2nya hiburan Laila adalah bermain dengan sahabat karibnya Tariq, seorang anak laki2 yang berusia beberapa tahun lebih tua darinya.
Persahabatan yang lambat laun berkembang menjadi rasa suka...rasa cinta...walau berusaha ditutupi...
Mariam dan Laila dipertemukan nasib lewat sebuah peristiwa memilukan. Dari awalnya permusuhan...berkembang menjadi persabahatan yang tulus karena suatu kesamaan, sama-sama tertindas oleh suami mereka, sama-sama terpinggirkan oleh regim Taliban. Senasib sepenanggungan.
Seperti biasa Khaled menggunakan bahasa yang elok walau irit kata dalam menuturkan plot ceritanya. Menurut saya ini kelebihan luar biasa beliau. Sementara penulis lain boros kata dalam mendeskripsikan emosi, suasana, peristiwa dalam kisah mereka, Khaled tetap konsisten menggunakan kata-kata puitis yang sarat makna, tanpa perlu menghabiskan berlembar2 halaman. Tanpa itupun... pembaca sudah larut dalam ramuan emosi Mr Khaled, sesaat ikut tertawa membaca kekonyolan dan kenaifan tokoh Laila, sekejap kemudian meneteskan air mata membayangkan siksa yang diderita Mariam.
Bravo Mr Khaled! Saya mendeklarasikan diri sebagai penggemar buku anda!
Tidak banyak komentar saya selain....WAJIB DIBACA!
Kisahnya masih dengan setting Afghanistan masa Taliban hingga awal tahun 2000 (Sep 9/11). Berbeda dari buku karya beliau sebelumnya, The Kite Runner, tokoh dalam kisah kali ini adalah dua wanita, Mariam dan Laila.
Mariam, adalah seorang harami, anak haram dari seorang saudagar kaya dengan pelayannya. Dia tinggal berdua saja dengan ibunya di sebuah tempat terpencil, jauh dari kota. Ibunya memandang kehidupan mereka dengan pandangan getir...terutama jika melihat bentuk hubungan dia dengan sang saudagar setelah kelahiran Mariam. Sang ibu senantiasa menanamkan rasa benci kepada ayah yang mengabaikan anak haramnya, serta juga rasa tak senang hati dan rendah diri kepada Mariam.
Mariam yang nekad ingin tinggal dengan ayahnya akhirnya harus mengalah...dan menyadari bahwa biar bagaimanapun...dia memang seorang harami, yang merupakan aib besar dalam kultur budaya di Afghanistan.
Laila dibesarkan dalam keluarga yang terbilang berpikiran modern. Ayahnya seorang guru yang pandai, tapi karena regim Taliban kehilangan pekerjaan yang dicintainya dan menjadi orang yang murung dan kehilangan kepercayaan diri. Ibunya...selalu berkabung sejak dua kakak laki2 Laila semua gugur dalam perang sbg mujahidin. Laila secara terpaksa mengambil alih tugas ibunya menjalankan rumah tangga. Satu2nya hiburan Laila adalah bermain dengan sahabat karibnya Tariq, seorang anak laki2 yang berusia beberapa tahun lebih tua darinya.
Persahabatan yang lambat laun berkembang menjadi rasa suka...rasa cinta...walau berusaha ditutupi...
Mariam dan Laila dipertemukan nasib lewat sebuah peristiwa memilukan. Dari awalnya permusuhan...berkembang menjadi persabahatan yang tulus karena suatu kesamaan, sama-sama tertindas oleh suami mereka, sama-sama terpinggirkan oleh regim Taliban. Senasib sepenanggungan.
Seperti biasa Khaled menggunakan bahasa yang elok walau irit kata dalam menuturkan plot ceritanya. Menurut saya ini kelebihan luar biasa beliau. Sementara penulis lain boros kata dalam mendeskripsikan emosi, suasana, peristiwa dalam kisah mereka, Khaled tetap konsisten menggunakan kata-kata puitis yang sarat makna, tanpa perlu menghabiskan berlembar2 halaman. Tanpa itupun... pembaca sudah larut dalam ramuan emosi Mr Khaled, sesaat ikut tertawa membaca kekonyolan dan kenaifan tokoh Laila, sekejap kemudian meneteskan air mata membayangkan siksa yang diderita Mariam.
Bravo Mr Khaled! Saya mendeklarasikan diri sebagai penggemar buku anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar