Menurut saya ada perbedaan besar dalam isi berita surat kabar lokal di Singapura dan di Indonesia, setidaknya dalam mempengaruhi perasaan dan jiwa saya sebagai pembacanya.
Surat kabar lokal di Singapura berisi berita-berita yang meninggalkan kesan negatif dan positif secara cukup berimbang kpd saya. Berita baik (memberi siraman rasa positif ke jiwa) contohnya kemajuan2 ekonomi, terobosan ilmu pengetahuan & teknologi yang dicapai oleh negara Singapura. Berita kurang baik...contohnya berita ttg kasus skandal NKF, kemungkinan terseretnya Singapura dalam kasus pembelian perusahaan Shin Corp di Thailand, berita pembantu Indonesia yang (lagi-lagi) terjatuh ketika sedang menjemur pakaian majikannya dll.
Setidaknya selesai membaca surat kabar lokal sini...saya masih merasakan adanya denyut kemajuan negara mungil ini, diselingi tentu saja dg kendala dan hambatan di sana sini. Denyut kemajuan itu memberi perasaan positif...adanya semacam harapan bahwa negara ini sedang menuju masa depannya yang lebih baik.
Sayang sekali hal itu tidak bisa saya rasakan akhir2 ini ketika saya membaca surat kabar / majalah lokal Indonesia. Saya malah menjadi seorang yang pesimis yang merasa betapa sulitnya situasi di negara saya ini. Sulit untuk keluar dari kondisi kemiskinan, kebodohan dan kebobrokan sebagian manusianya.
Mau contoh? Yang gampang saja, simak opini ttg berita dalam majalah Tempo edisi 19-25 Maret 2007. Ada empat opini ttg berbagai berita di majalah itu...beritanya seputar kasus berbau penggelapan, KKN, hingga ibu rumah tangga yang putus asa karena kondisi ekonomi shg mencabut nyawanya beserta anak2nya.
Apa memang tidak ada lagi peristiwa bagus nan positif di Indonesia yg bisa diberitakan? Rasanya tidak mungkin. Atau memang berita menyakitkan lebih tinggi daya jualnya? Nah yang ini lebih mungkin. Tapi apapun alasan sebenarnya, berita di surat kabar dan majalah tanah air....sering berhasil merusak suasana hati saya.
Anda ada opini lain?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar