Sabtu, 30 Oktober 2010

Kapok!



Suasana stasiun Kota kala Lebaran.
Tidak ada hubungan dengan judul posting ya! :P

Lagi kesal nih. Dua kali dikecewakan oleh (perwakilan) bangsa sendiri. Bodohnya...kok saya tidak belajar dari pengalaman pertama. Tsk....kenapa ya?

Kisah 1
Begini. Salah satu modul belajar untuk kelas yang sedang saya ajar adalah modul kunjungan. Tentunya karena murid belajar bahasa Indonesia, tujuan kunjungan juga dihubungkan dengan itu. Ceritanya kita mau berkunjung ke perwakilan negara di Singapura lah, untuk mendengar penjelasan tentang tanah air tercinta dan budayanya.

Sudah dibuat janji dan sudah dikonfirmasi. Lha kok ada pemberitahuan, dikirim via email doang, pada jam 4.30pm (kurang dari sehari dari jadwal kunjungan) bahwa jadwal kunjungan terpaksa dibatalkan secara secara sepihak, karena sesuatu hal (gak disebut niiiih...apa sebabnya).

Ingin naik darah menerima pemberitahuan itu. Kita sudah bikin jadwal hati-hati...lha ini last minute enak saja ganti skedul. Bayangkan betapa malunya saya menjelaskan pembatalan kunjungan ini kepada murid2 saya, yang semua adalah orang Singapura itu lho! Mana tidak ada alasan yang jelas pula!

Halo....katanya garda terdepan cerminan bangsa/ negara. Lha ...jangan gini dong ah. Tidak profesional sekali. Masa iya segitu banyak orang di kantor, tidak ada satupun yang bisa menerima kami ? Kita gak perlu dijamu kok!

Kisah 2
Jadi ingat....beberapa tahun lalu ada kejadian yang sama memalukannya. Kali itu, kami (para guru) dan murid sudah sampai di lokasi...tapi ya ampun! Ternyata mereka (para perwakilan kita ini) lupa bahwa hari itu ada jadwal kunjungan dari kami! Pontang panting lah mereka menyiapkan presentasi last minute! Tsk....malu deh saya!

Kisah 3
Suatu hari saya dan suami menjadi tuan rumah teman dari Indonesia yang sedang berkunjung juga ke sini. Kebetulan...teman ini ternyata berteman (bingung ya? hihihihi...Sori karena saya tidak mau nyebut nama) dengan anak pejabat tinggi perwakilan negara di sini. Wah...kelihatan malu-malu tapi bangga benar si Adik menjelaskan status dia. Nah...dasar saya usil, begitu tahu, langsung saya menitip pertanyaan:

"Dik...tolong titip pertanyaan ke Bapak ya. Tanyakan kepada beliau, kenapa nomor tilpon kantor bapakmu itu tidak pernah ada yang angkat. Padahal itu nomor satu-satunya yang ada di website resmi. Lha...bagaimana kalau ada masyarakat Indonesia yang kesusahan dan perlu menghubungi perwakilan negara kita? Ke mana dia mesti bertanya dan cari pertolongan?" tanya saya bertubi-tubi.

Kasihan si adik. Dengan tampang memelas dia menjawab, "Baik mbak, nanti saya sampaikan pertanyaannya." Mungkin dia berpikir...aduh si Mbak ini galak bener. Mana juga saya tahu kenapa begitu kejadiannya. Eh...tapi saudara-saudara, saya tidak mengada-ada soal susahnya mendapat sambungan telepon ke kantor ini lhooo.

Sigh....bagaimana negara mau maju, kalau urusan terima kunjungan siswa yang sedang belajar bahasa Indonesia saja batal tanpa alasan jelas. Haiyaaa...

Pelajaran buat saya? KAPOK....hihihi
Bikin kunjungan ke tempat lain aja daaah!

Tidak ada komentar:

Popular Posts