Dapat link ke resensi ini dari teman (makasih ya Li) ketika saya lagi sibuk (lebih tepatnya panik) mencari bahan ujian untuk kelas yang baru berakhir kemarin.
Ceritanya menggelitik, terutama karena berbau 'sentilan' atau kritik. Kritik itu perlu, tujuannya supaya yang dikritik tetap berjalan lurus, tidak melenceng...supaya tetap mawas diri...supaya masih ada malu hati. Kritik bisa disampaikan dalam berbagai bentuk. Bagi seniman...ya berkarya lah mereka. Jika kita lihat kenyataan yang ada di tanah air tercinta kita, sepertinya kita perlu punya banyak seniman ya.
Sementara ini....
Hayooo....siapa mau jadi sponsor supaya Om Butet bisa main di sini?
--------------------------------------------------------------------
Monolog Butet di Art Summit V
Liputan6.com, Jakarta: Ajang Art Summit V yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (14/11/07) malam, menggelar monolog "Sarimin". Monolog menceritakan kisah pilu pemain topeng monyet yang berakhir di penjara gara-gara berbuat baik.
Alkisah, Butet Kartaredjasa yang memerankan Sarimin menemukan kartu tanda penduduk di Taman Lawang, Jakarta. Ternyata KTP itu milik seorang hakim agung. Sebagai orang baik, Sarimin ingin mengembalikan KTP itu. Dia pun pergi ke pos polisi. Namun, polisi tak selalu baik pada orang kecil seperti Sarimin.
Untuk melaporkan penemuan KTP tersebut Sarimin harus menunggu bertahun-tahun. Celakanya, saat polisi sudah menerima, Sarimin justru dituduh mencuri KTP hakim agung. Tuduhan meningkat hingga pencemaran nama baik. Sejumlah pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana pun siap menjerat Sarimin yang lugu.
Sejurus kemudian, datanglah pengacara bernama Binsar yang menyebut dirinya sebagai tim pembela Sarimin alias TPS. Alih-alih membela, sang pengacara itu justru mendesak Sarimin supaya mengaku bersalah. Meski menolak, Sarimin toh akhirnya mendekam di tahanan.
Hukum memang tak selalu berpihak pada yang benar. Itulah mungkin pesan singkat monolog Butet dan Djaduk Ferianto, pentolan kelompok musik Sinten Remen. Apakah ini fakta di lapangan memang begitu, Anda yang bisa menilai sendiri.
2 komentar:
assalamu'alaikum, salam kenal ya. kemarin suamiku bilang kalau dia masih inget sama Dyah:)
matematikanya (ngakunya) sudah jauh berkurang karena tidak pernah latihan lagi ;)
sudah bikin coklatnya ?
Sarimin
Posting Komentar