Selasa, 25 Desember 2007

How Singaporean Celebrate Xmas

Orang Singapura terkenal memiliki hobi belanja. Menjelang natal dan akhir tahun ini...makin menjadi2 lah pelampiasan hobi yang satu ini. Dibuai oleh perekonomian negara yang cenderung baik sekali tahun ini, masyarakat Singapura semakin bersemangat membelanjakan uangnya, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.



Hari ini hari raya Natal, 25 Desember. Di negara lain, terutama negara Eropa, mungkin pusat2 perbelanjaan dan tempat nongkrong menjadi sepi pada hari Natal. Orang berkumpul dengan keluarganya, merayakan Natal. Tidak begitu yg terjadi di sini. Semua pusat perbelanjaan penuh sesak oleh manusia, ya yang mau belanja...atau makan...atau sekadar jalan-jalan. Aneh tapi nyata. Mungkin anda pikir..lah wong ini hari raya keagamaan kok dirayakan di mal, tapi begitulah Singapura. Pusat perbelanjaanpun berlomba menjaring pembeli.



Contohnya, toko retail terkenal Robinsons malah mengadakan sale khusus dari tanggal 25 - 27 Desember ini. Sudah pasti...manusia menyemut ke sana. Di tengah lautan manusia itu, zoom sedikit ke bagian homeware...terdapatlah saya dan ibunda! Eit...saya ke sana bukanlah untuk belanja ini itu, tapi belanja karena kebutuhan, tepatnya kebutuhan dapur. Karet presur kuker kesayangan sudah dol, rupanya terlalu sering digunakan. Jadi terpaksalah kami serombongan pergi ke Robinsons Raffles City. Dan...walaupun karet presur kuker sudah dol (ini bahasa Jawa yaaa) beberapa hari lalu, baru tadi siang kami pergi ke Robinsons, ya karena ingin memanfaatkan SALE!!!

Nah...ini yang namanya belanja pintar. Tentu saja melihat sekian banyak orang heboh belanja dan asik memilih2 barang, tangan dan mata rasanya gataaaal juga. Hampir2 terbuai...tapi tiap kali tangan sudah terjulur...untungnya suara hati mengingatkan dan berkata, "Tahan...tahaaaaann!!!! " Wuiih...berhasil juga menahan diri, memang tetap beli beberapa barang, tapi rasanya semua adalah barang kebutuhan. Really.............. :P

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya jadi ingat masa kecil di kampung, Flores Timur. Selalu ada khotbah di gereja tentang NTK: Natal tanpa Kristus. Hari keagamaan yang hilang dimensi spiritualitas. Kacau balau!

Anonim mengatakan...

Oh ya, Mbak Dyah. Catatan kecil tentang Natal di negara singa ini jadi inspirasi bagi saya untuk menulis tajuk di surat kabar Radar Surabaya edisi 25 Desember 2008. Petikan yang sangat nyantol di hati saya: "Aneh tapi nyata, wong hari raya keagamaan kok dirayakan di mal?"

Dan itu akan selalu menjadi bahan refleksi saya dalam memaknai hari-hari keagamaan. Ketika manusia dirangsang untuk belanja, belanja, belanja... konsumsi di zaman serba benda ini. Terima kasih banyak ya. Salam damai.

dyah mengatakan...

Mas Hurek...

Benar...memang tentu lebih syahdu dan bermakna merayakan Natal dengan keluarga dan teman, dengan suasana bahagia dan damai.

Sukurlah...kalau posting ini ada gunanya.

Selamat Natal Mas!

Damai dan sejahtera selalu

Popular Posts